Thursday, July 9, 2015

Jenis-Jenis Cacing Yang Dapat Dipelihara Dan Dibudidayakan


Macam-macam Jenis Cacing Yang Cocok Untuk Usaha Peternakan
Cacing tanah ialah cacing berbentuk tabung dan tersegmentasi dalam filum Annelida. Mereka umumnya ditemukan hidup di tanah, memakan materi organik hidup dan mati. Sistem pencernaan berjalan melalui panjang tubuhnya. Mengutip dari situs Wikipedia, nama ilmiah cacing tanah adalah: Lumbricina
Sepasang cacing tanah cendekia balig cukup akal sanggup berkembang biak sampai menghasilkan 1500 ekor cacing dalam satu tahun. Populasi cacing tanah mengalami peningkatan sampai 100% setiap 4-6 bulan. Cacing tanah akan membatasi perkembangbiakan mereka semoga sesuai dengan kuliner yang tersedia dan ukuran daerah hidup mereka.


Cacing tanah kawin

Cacing tanah ialah binatang hermafrodit (organ kelamin jantan & betina di dalam satu individu). Meskipun hermafrodit, cacing tanah tidak bisa melaksanakan reproduksi sendirian alasannya ialah tidak bisa menyatukan organ kelamin jantan dan organ kelamin betina mereka sendiri. Cacing tanah akan aktif untuk bereproduksi pada keadaan hangat dan lembab. 


Kepompong cacing tanah

Cacing tanah cendekia balig cukup akal sanggup kawin kira-kira sekali setiap 10 hari, dan dari perkawinan itu, sanggup menghasilkan satu atau dua kepompong. Satu kepompong sanggup menampung sampai 10 telur, namun biasanya hanya 4 cacing muda yang akan menetas.

Telur cacing tanah sanggup menetas sehabis 3 ahad kalau cuaca hangat, namun bisa mencapai 3 bulan kalau cuaca dingin. Saat anak cacing tanah siap keluar, kepompong berubah warna menjadi kemerahan dan berukuran sebesar biji anggur. Anak cacing tanah yang gres menetas berukuran sekitar 1.2 cm, tanpa organ reproduksi, berwarna keputihan dengan semburat merah muda yang memperlihatkan pembuluh darah mereka.

Cacing tanah akan mulai matang secara seksual ketika clitellum terbentuk dengan tepat (usia 10-55 minggu, tergantung spesies). Pertumbuhan berat badan cacing tanah akan melambat sehabis melewati tahap ini.

Sebagian cacing tanah akan mati pada tahun yang sama ketika mereka dilahirkan. Sementara yang lain sanggup hidup sampai usia 5 tahun atau lebih. Cacing bau tanah ditandai dengan penggalan ekor agak pipih dan warna kuning pada ekor sudah mencapai punggung. Bila cacing tanah masih produktif, warna kuning masih ada di ujung ekor.

Berikut Beberapa Jenis Cacing Tanah Yang Bisa Diternak / Dibudidayakan

Jenis Cacing Tanah Eisenia fetida
Ukuran badan cacing ini berkisar antara 7-8 cm dan berwarna coklat kemerahan dengan segmen berwarna cerah sehingga biasa disebut cacing Tiger atau cacing merah. Tubuhnya berbentuk silindris dan gerakannya lamban. Cacing ini biasanya ditemukan pada tumpukan materi organik, sampah rumah tangga, atau di bawah batang pisang yang membusuk. Cacing ini juga termasuk dalam cacing budidaya dari Eropa yang cukup populer alasannya ialah ketahanannya hidup di temperatur 18 - 27°C.

Jenis Cacing Tanah Lumbricus rubellus
Lumbricus rubellus atau cacing ekor kuning merupakan jenis cacing asal Eropa yang paling banyak dibudidayakan dan biasa dipakai dalam industri farmasi, kosmetik, pakan hewan, serta konsumsi bagi manusia. Cacing yang biasa hidup di atas permukaan tanah ini mempunyai ukuran badan yang kecil dengan panjang 8 - 14 cm. Warna badan pada penggalan punggung berwarna cokelat cerah sampai ungu kemerahan, perut berwarna krem, serta ekor kekuningan. Bentuk badan membulat dengan panjang agak memipih. Gerakannya lamban dan mempunyai kadar air dalam badan sekitar 70-78%.

Jenis Cacing Eudrilus eugeniae
Cacing yang disebut African Nightcrawler ini biasa dibudidayakan untuk diambil kascingnya. Cacing yang berwarna merah keunguan ini hanya sanggup hidup di temperatur 24-30°C namun mempunyai kemampuan reproduksi yang tinggi. Cacing African Nightcrawler mempunyai ukuran badan lebih besar dari cacing ekor kuning dan bisa mencapai panjang 20 cm.

Jenis Cacing Tanah Perionyx exavatus
Cacing ini merupakan cacing lokal yang bentuknya menyerupai kalung sehingga biasa disebut cacing kalung. Ukuran tubuhnya relatif lebih besar dibandingka dengan jenis cacing tanah lainnya. Bentuk tubuhnya membulat, berwarna coklat keunguan, dan sedikit kelabu. Cacing ini biasa hidup di sekitar kotoran ternak dan di bawah batang pisang yang membusuk.

Jenis Cacing Tanah Pheretima sp.
Cacing lokal yang mempunyai warna badan kuning kecoklatan, gerakannya lamban, dan melingkar kalau tubuhnya disentuh ini biasa disebut cacing koot. Ukuran badan cacing ini sedikit lebih pendek dari cacing kalung. Cacing ini biasanya dipakai sebagai umpan pancing.

Jenis Metaphire Longa
Cacing ini mempunyai warna badan berwarna hitam dan mempunyai segmen faktual menyerupai sisik. Ukuran tubuhnya lebih besar kalau dibandingkan dengan jenis cacing lokal lainnya dan bisa mencapai panjang 1,5 meter. Cacing yang biasa disebut cacing sondari ini seringkali terlihat menaiki batang pohon pada malam hari dan mengeluarkan bunyi lengkingan.

Jenis Cacing Tubifex sp.
Cacing sutera mempunyai badan yang kecil, lunak, dan lembut menyerupai sutra. Cacing ini berukuran sekitar 1-2cm dan bahagia hidup berkelompok. Cacing sutera sanggup ditemukan pada terusan air atau kubangan air berlumpur yang bergerak perlahan. Cacing sutera biasa dipakai untuk pakan ikan hias atau bibit ikan alasannya ialah kandungan proteinnya yang tinggi.

Sekilas Tentang Cacing Tanah

Budidaya cacing tanah ialah salah satu cara yang sanggup kita lakukan untuk membuat lingkungan menjadi lebih baik. Manfaat cacing tanah :
  • Cacing tanah sanggup membantu mengolah sampah dapur menjadi kompos yang baik untuk tumbuhan. Cacing tanah bisa mengubah materi organik yang dimakan menjadi kotoran (castings) dan urine (worm tea). Kandungan urea dalam urine cacing ialah pupuk alami yang baik. Terlebih kotoran cacing mengandung nitrogen, fosfor, magnesium, potasium, dan kalsium yang penting untuk pertumbuhan tanaman.
  • Tubuh cacing tanah yang terdiri atas 70% protein ialah sumber kuliner bergizi tinggi bagi binatang ternak dan peliharaan menyerupai ayam, bebek, ikan, sidat, dan burung.
  • Kegiatan menggali yang dilakukan cacing tanah bisa membuat sistem drainase alami, meningkatkan jumlah udara dan air dalam tanah sehingga tanah menjadi lebih gembur dan baik untuk ditanami semua jenis tanaman.
Ada sekitar 4500 spesies cacing di dunia, sekitar 2700 di antaranya ialah spesies cacing tanah. Ada dua tipe spesies cacing tanah menurut sikap hidupnya, yaitu earthmovers dan composters (pembuat kompos).

Earthmovers ialah spesies soliter (penyendiri) yang hidup di dalam tanah dengan membuat terowongan berongga di dalam tanah (rongga-rongga ini akan terisi udara dan oksigen yang baik untuk akar tanaman). Mereka hidup dari memakan bakteri, fungi, dan algae pada tanah dan menawarkan nutrisi melalui kotoran mereka ke tanah pada level akar yang sangat diharapkan oleh tanaman.

Sedangkan Composters ialah spesies yang hidup secara massal dalam tumpukan organik di permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi bakteri, fungi, dan algae yang ada pada dedaunan mati dan materi organik lainnya dan mengubahnya menjadi humus.

Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae, Eisenia andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau (Eisenia foetida) dan cacing merah (Rubellus lumbricus) merupakan cacing tanah jenis Composters.


Cacing harimau (Eisenia foetida)

Cacing harimau mempunyai garis-garis merah dan kuning pada tubuhnya dan lebih sering menggeliat (meronta) keras ketika berada di tangan manusia.


Cacing merah (Lumbricus rubellus)

Cacing merah lebih menentukan tinggal di atas permukaan tanah, di bawah kayu lapuk, dedaunan kering dan sampah organik lainnya.

Tubuh cacing tanah sebagian besar terdiri dari air dan tersusun atas segmen-segmen (sekitar 95 segmen) yang sanggup menyusut dan meregang untuk membantu cacing bergerak di dalam tanah. Cacing tanah tidak mempunyai tulang, gigi, mata, indera pendengaran atau kaki. Cacing tanah mempunyai lima jantung.

Cacing tanah mempunyai organ perasa yang sensitif terhadap cahaya dan sentuhan (reseptor sel) untuk membedakan perbedaan intensitas cahaya dan mencicipi getaran di dalam tanah. Selain itu, mereka juga mempunyai kemoreseptor khusus yang bereaksi terhadap rangsangan kimia. Organ-organ perasa pada cacing tanah terletak di penggalan anterior (depan/muka).

Anatomi cacing tanah

Kepala cacing tanah terletak pada penggalan yang paling erat dengan clitellum. Mereka biasanya bergerak searah penggalan kepala menghadap ketika berpindah tempat.

Clitellum ialah segmen pada cacing tanah (mirip korset) daerah kelenjar sel. Fungsinya untuk membentuk kokon (kepompong) dari sekresi lendir dimana sel-sel telur akan diletakkan nantinya di dalam kokon ini. Selama periode kekeringan, beberapa spesies cacing tanah akan kehilangan ciri-ciri seksual sekunder untuk sementara, menyerupai hilangnya clitellum. Saat keadaan membaik, clitellum akan terbentuk kembali. Clitellum juga bisa menghilang pada usia tua.

Cacing tanah bernapas dengan kulit mereka yang tipis. Kulit cacing harus tetap lembab sepanjang waktu untuk memungkinkan untuk menghirup oksigen yang sangat dibutuhkan. Oksigen yang masuk lewat kulit akan diikat oleh hemoglobin dalam darah dan akan diedarkan ke seluruh tubuh. Jika kulit mereka mengering, cacing tanah akan mati lemas. Kulit cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya matahari pribadi ataupun suhu panas yang sanggup membuat kulit mereka kering.

Cacing tanah ialah binatang berdarah hambar (poikiloterm), mereka tidak bisa menghasilkan panas tubuh. Suhu badan mereka dipengaruhi oleh suhu lingkungan.

Dalam kondisi tepat, cacing tanah sanggup makan sebanyak berat badan mereka per harinya. Sebagai contoh, 1 kg cacing tanah sanggup makan 1 kg kuliner setiap hari. Namun disarankan untuk menawarkan kuliner setengah dari berat badan cacing di awal pemeliharaan untuk selanjutnya diubahsuaikan dengan kemampuan makan cacing. Jika kuliner terlalu banyak, daerah pemeliharaan akan menjadi busuk alasannya ialah cacing tidak sanggup memproses semua kuliner sebelum kuliner membusuk. Terlalu sedikit, cacing akan kelaparan.

Kotoran cacing tanah

Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang sanggup diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak bisa makan kuliner kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak menyerupai gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Berikut ialah kuliner kesukaan cacing tanah:
  • Kardus atau koran yang sudah disobek-sobek dan dilembabkan
  • Dedaunan mati
  • Kulit telur hancur
  • Sabut kelapa
  • Potongan sayur
  • Sisa kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain
Sebelum diberikan ke cacing tanah, kuliner sanggup dipotong, diparut, atau diblender. Semakin kecil potongan makanan, akan semakin gampang dicerna oleh cacing. Pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali.

Benda yang dihentikan berada dalam media pemeliharaan cacing:
  • Benda yang tidak sanggup diuraikan menyerupai plastik, kaca, karet, tulang dan juga materi kimia menyerupai sabun dan obat-obatan.
  • Cacing tidak menyukai kuliner asam menyerupai jeruk, lemon dan tomat.
  • Makanan berbau tajam menyerupai bawang merah, bawang putih, dan kulit jeruk membuat cacing tidak nyaman dan secara naluriah akan menjauhi sumber bau.
  • Makanan menyerupai sisa daging, kuliner berminyak dan produk susu juga tidak sebaiknya diberikan ke cacing alasannya ialah akan cepat busuk dan sanggup mengundang binatang lain menyerupai semut, tikus dan lalat yang sanggup mengganggu perkembangan cacing.
  • Makanan lain yang membahayakan cacing antara lain cabai, garam, gula, dan kotoran binatang segar yang belum terfermentasi (mengandung basil berbahaya menyerupai staphylococcus dan streptococcus yang sanggup membunuh cacing).

No comments:

Post a Comment