Thursday, July 9, 2015

Teknis Dan Cara Budidaya Cacing Tanah



Cara Memelihara Cacing Tanah, Media Pemeliharaan, Bibit Cacing Sampai Panen
Budidaya cacing tanah dikala ini sudah mulai banyak dilakukan oleh para peternak sapi sebagai perjuangan sampingan yang cukup menjanjikan. Mengapa peternak? Karena peternak mempunyai stok media pemeliharaan cacing yang tidak terbatas yang berupa kotoran sapi maupun kompos.

Ada sekitar 4500 spesies cacing di dunia, sekitar 2700 di antaranya yaitu spesies cacing tanah. Ada dua tipe spesies cacing tanah menurut sikap hidupnya, yaitu earthmovers dan composters (pembuat kompos).

Earthmovers yaitu spesies soliter (penyendiri) yang hidup di dalam tanah dengan menciptakan terowongan berongga di dalam tanah (rongga-rongga ini akan terisi udara dan oksigen yang baik untuk akar tanaman). Mereka hidup dari memakan bakteri, fungi, dan algae pada tanah dan memperlihatkan nutrisi melalui kotoran mereka ke tanah pada level akar yang sangat dibutuhkan oleh tanaman.

Sedangkan Composters yaitu spesies yang hidup secara massal dalam tumpukan organik di permukaan tanah. Mereka mengkonsumsi bakteri, fungi, dan algae yang ada pada dedaunan mati dan materi organik lainnya dan mengubahnya menjadi humus.

Spesies cacing tanah yang biasa dikomersilkan antara lain Eisenia foetida, Lumbricus rubellus, Lumbricus hortensis, Lumbricus terristris, Eudrilus engeniae, Eisenia andrei, dan Perionyx excavatus. Cacing harimau (Eisenia foetida) dan cacing merah (Rubellus lumbricus) merupakan cacing tanah jenis Composters.

Jika anda tertarik untuk mencoba beternak cacing maka anda sanggup mengikuti petunjuk simpel memelihara cacing dibawah ini.

Persiapan Pemeliharaan Cacing, Persyaratan Lokasi atau Media Cacing Tanah 


lahan cacing tanah vermicultureworms.com

Tanah sebagai media hidup cacing harus mengandung materi organik dalam jumlah yang besar.
Bahan-bahan organik tanah sanggup berasal dari serasah (daun yang gugur), kotoran ternak atau tumbuhan dan binatang yang mati. Cacing tanah menyukai bahan-bahan yang gampang membusuk alasannya lebih gampang dicerna oleh tubuhnya.

Untuk pertumbuhan yang baik, cacing tanah memerlukan tanah yang sedikit asam hingga netral atau ph sekitar 6-7,2. Dengan kondisi ini, basil dalam badan cacing tanah sanggup bekerja optimal untuk mengadakan pembusukan atau fermentasi.

Kelembaban yang optimal untuk pertumbuhan dan perkembangbiakan cacing tanah yaitu antara 15-30 %.
Suhu yang diharapkan untuk pertumbuhan cacing tanah dan penetasan kokon yaitu sekitar 15–25 derajat C atau suam-suam kuku. Suhu yang lebih tinggi dari 25 derajat C masih baik asal ada naungan yang cukup dan kelembaban optimal.

Lokasi pemeliharaan cacing tanah diusahakan supaya gampang penanganan dan pengawasannya serta tidak terkena sinar matahari secara langsung, contohnya di bawah pohon rindang, di tepi rumah atau di ruangan khusus (permanen) yang atapnya terbuat dari bahan-bahan yang tidak meneruskan sinar dan tidak menyimpan panas.

Pedoman Teknis Budidaya Cacing Tanah

budidaya cacing kaskus.co.id

1) Penyiapan Sarana dan Peralatan
Pembuatan sangkar sebaiknya memakai bahan-bahan yang murah dan gampang didapat menyerupai bambu, rumbia, papan bekas, ijuk dan genteng tanah liat.

Salah satu tumpuan sangkar permanen untuk peternakan skala besar yaitu yang berukuran 1,5 x 18 m dengan tinggi 0,45 m. Didalamnya dibentuk rak-rak bertingkat sebagai daerah wadah-wadah pemeliharaan. Bangunan sangkar sanggup pula tanpa dinding (bangunan terbuka). Model-model sistem budidaya, antara lain rak berbaki, kotak bertumpuk, pancing bertingkat atau pancing berjajar.

2) Pembibitan

Persiapan yang diharapkan dalam pembudidayaan cacing tanah yaitu meramu media tumbuh, menyediakan bibit unggul, mempersiapkan sangkar cacing dan sangkar pelindung.

Pemilihan Bibit Calon Induk

Sebaiknya dalam beternak cacing tanah secara komersial digunakan bibit yang sudah ada alasannya diharapkan dalam jumlah yang besar. Namun bila akan dimulai dari skala kecil sanggup pula digunakan bibit cacing tanah dari alam, yaitu dari tumpukan sampah yang membusuk atau dari daerah pembuangan kotoran hewan.

Pemeliharaan Bibit Calon Induk

Pemeliharaan sanggup dibagi menjadi beberapa cara:
  • Pemeliharaan cacing tanah sebanyak-banyaknya sesuai daerah yang digunakan. Cacing tanah sanggup dipilih yang muda atau dewasa. Jika sarang berukuran tinggi sekitar 0,3 m, panjang 2,5 m dan lebar kurang lebih 1 m, sanggup ditampung sekitar 10.000 ekor cacing tanah dewasa.
  • Pemeliharaan dimulai dengan jumlah kecil. Jika jumlahnya telah bertambah, sebagian cacing tanah dipindahkan ke kolam lain.
  • Pemeliharaan kombinasi cara 1 dan 2.
  • Pemeliharaan khusus kokon hingga anak, sehabis cerdik balig cukup akal di pindah ke kolam lain.
  • Pemeliharaan khusus cacing cerdik balig cukup akal sebagai bibit.

Sistem Pemuliabiakan

Apabila media pemeliharaan telah siap dan bibit cacing tanah sudah ada, maka penanaman sanggup segera dilaksanakan dalam wadah pemeliharaan. Bibit cacing tanah yang ada tidaklah sekaligus dimasukan ke dalam media, tetapi harus dicoba sedikit demi sedikit. Beberapa bibit cacing tanah diletakan di atas media, kemudian diamati apakah bibit cacing itu masuk ke dalam media atau tidak. Jika terlihat masuk, gres bibit cacing yang lain dimasukkan.

Setiap 3 jam sekali diamati, mungkin ada yang berkeliaran di atas media atau ada yang meninggalkan media (wadah). Apabila dalam waktu 12 jam tidak ada yang meninggalkan wadah berarti cacing tanah itu betah dan media sudah cocok. Sebaliknya bila media tidak cocok, cacing akan berkeliaran di permukaan media.

Untuk mengatasinya, media harus segera diganti dengan yang baru. Perbaikan sanggup dilakukan dengan cara disiram dengan air, kemudian diperas hingga air perasannya terlihat berwarna bening (tidak berwarna hitam atau cokelat tua).

Reproduksi, Perkawinan

Cacing tanah termasuk binatang hermaprodit, yaitu mempunyai alat kelamin jantan dan betina dalam satu tubuh. Namun demikian, untuk pembuahan, tidak sanggup dilakukannya sendiri. Dari perkawinan sepasang cacing tanah, masing-masing akan dihasilkan satu kokon yang berisi telur-telur.

Kokon berbentuk lonjong dan berukuran sekitar 1/3 angkuh korek api. Kokon ini diletakkan di daerah yang lembab. Dalam waktu 14-21 hari kokon akan menetas. Setiap kokon akan menghasilkan 2-20 ekor, rata-rata 4 ekor.
Diperkirakan 100 ekor cacing sanggup menghasilkan 100.000 cacing dalam waktu 1 tahun. Cacing tanah mulai cerdik balig cukup akal sehabis berumur 2-3 bulan yang ditandai dengan adanya gelang (klitelum) pada badan potongan depan. Selama 7-10 hari sehabis perkawinan cacing cerdik balig cukup akal akan dihasilkan 1 kokon.

3) Pemeliharaan

Pemberian Pakan

Cacing tanah diberi pakan sekali dalam sehari semalam sebanyak berat cacing tanah yang ditanam. Apabila yang ditanam 1 Kg, maka pakan yang harus diberikan juga harus 1 Kg. Secara umum pakan cacing tanah yaitu berupa semua kotoran hewan, kecuali kotoran yang hanya digunakan sebagai media.

Hal yang perlu diperhatikan dalam pinjaman pakan pada cacing tanah, antara lain :
  • Pakan yang diberikan harus dijadikan bubuk atau bubur dengan cara diblender.
  • Bubur pakan ditaburkan rata di atas media, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan media, sekitar 2-3 dari peti wadah tidak ditaburi pakan.
  • Pakan ditutup dengan plastik, karung , atau materi lain yang tidak tembus cahaya.
  • Pemberian pakan berikutnya, apabila masih tersisa pakan terdahulu, harus diaduk dan jumlah pakan yang diberikan dikurangi.
  • Bubur pakan yang akan diberikan pada cacing tanah mempunyai perbandingan air 1:1.
  • Cacing tanah akan makan apa saja yang bersifat organik yang sanggup diuraikan dan harus lembab. Cacing tanah tidak sanggup makan kuliner kering. Makanan dicerna dalam ampela, yang bertindak menyerupai gigi untuk menggiling makanan. Usus memecahnya lebih lanjut dan keluar sebagai kotoran (castings) yang sangat bermanfaat bagi tanaman.

Berikut yaitu beberapa jenis pakan atau kuliner kesukaan cacing tanah:
  • Kardus atau koran yang sudah disobek-sobek dan dilembabkan
  • Dedaunan mati
  • Kulit telur hancur
  • Sabut kelapa
  • Potongan sayur
  • Sisa kupasan kulit kentang, apel, pisang dan kulit sayuran/buah lain
Sebelum diberikan ke cacing tanah, kuliner sanggup dipotong, diparut, atau diblender. Semakin kecil potongan makanan, akan semakin gampang dicerna oleh cacing. Pemberian makan sebaiknya paling sedikit tiga hari sekali.

Benda yang dihentikan berada dalam media pemeliharaan cacing:
  • Benda yang tidak sanggup diuraikan menyerupai plastik, kaca, karet, tulang dan juga materi kimia menyerupai sabun dan obat-obatan.
  • Cacing tidak menyukai kuliner asam menyerupai jeruk, lemon dan tomat.
  • Makanan berbau tajam menyerupai bawang merah, bawang putih, dan kulit jeruk menciptakan cacing tidak nyaman dan secara naluriah akan menjauhi sumber bau.
  • Makanan menyerupai sisa daging, kuliner berminyak dan produk susu juga tidak sebaiknya diberikan ke cacing alasannya akan cepat bacin dan sanggup mengundang binatang lain menyerupai semut, tikus dan lalat yang sanggup mengganggu perkembangan cacing.
  • Makanan lain yang membahayakan cacing antara lain cabai, garam, gula, dan kotoran binatang segar yang belum terfermentasi (mengandung basil berbahaya menyerupai staphylococcus dan streptococcus yang sanggup membunuh cacing).
Penggantian Media

Media yang sudah menjadi tanah/kascing atau yang telah banyak telur (kokon) harus diganti. Supaya cacing cepat berkembang, maka telur, anak dan induk dipisahkan dan ditumbuhkan pada media baru. Rata-rata penggantian media dilakukan dalam jangka waktu 2 Minggu.

Proses Kelahiran

Bahan untuk media pembuatan sarang adalah: kotoran hewan, dedaunan/ Buah-buahan, batang pisang, limbah rumah tangga, limbah pasar, kertas koran/ kardus/ kayu lapuk/ bubur kayu.

Bahan yang tersedia terlebih dahulu dipotong sepanjang 2,5 Cm. Berbagai bahan, kecuali kotoran ternak, diaduk dan ditambah air kemudian diaduk kembali. Bahan gabungan dan kotaran ternak dijadikan satu dengan persentase perbandingan 70:30 ditambah air secukupnya supaya tetap basah.

Hama dan Penyakit Cacing Tanah

Keberhasilan beternak cacing tanah tidak terlepas dari pengendalian terhadap hama dan musuh cacing tanah. Beberapa hama dan musuh cacing tanah antara lain: semut, kumbang, burung, kelabang, lipan, lalat, tikus, katak, tupai, ayam, itik, ular, angsa, lintah, kutu dan lain-lain.

Musuh yang juga ditakuti yaitu semut merah yang memakan pakan cacing tanah yang mengandung karbohidrat dan lemak. Padahal kedua zat ini diharapkan untuk penggemukan cacing tanah. Pencegahan serangan semut merah dilakukan dengan cara disekitar wadah pemeliharaan (dirambang) diberi
air cukup.

Panen Cacing Tanah

panen cacing infousaha87.blogspot.com

Dalam beternak cacing tanah ada dua hasil terpenting (utama) yang sanggup diharapkan, yaitu biomas (cacing tanah itu sendiri) dan kascing (bekas cacing). Panen cacing sanggup dilakukan dengan banyak sekali cara salah satunya yaitu dengan mengunakan alat penerangan menyerupai lampu petromaks, lampu neon atau bohlam. Cacing tanah sangat sensitif terhadap cahaya sehingga mereka akan berkumpul di potongan atas media. Kemudian kita tinggal memisahkan cacing tanah itu dengan medianya.

Ada cara panen yang lebih hemat dengan membalikan sarang. Dibalik sarang yang gelap ini cacing biasanya berkumpul dan cacing gampang terkumpul, kemudian sarang dibalik kembali dan pisahkan cacing yang tertinggal.

Jika pada dikala panen sudah terlihat adanya kokon (kumpulan telur), maka sarang dikembalikan pada wadah semula dan diberi pakan hingga sekitar 30 hari. Dalam jangka waktu itu, telur akan menetas. Dan cacing tanah sanggup diambil untuk dipindahkan ke wadah pemeliharaan yang gres dan kascingnya siap di panen.

Sumber: warintek.ristekdikti.go.id dan sumber lainnya

No comments:

Post a Comment